Minggu, 11 Oktober 2009

Pendekatan Psikoanalaitik

PENDEKATAN PSIKOANALITIK

M. Shalehuddin,S.Kep.Ns


Pengantar.
Salah satu aliran utama dalam sejarah psikologi adalah teori psikoanalitik Sigmund Freud. Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi. Secara histories psikoanalisis adalah aliran pertama dari tiga aliran utama psikologi. Yang kedua adalah behaviorisme sedangkan yang ke tiga atau disebut juga “ Kekuatan ketiga” adalah psikologi eksistensial-humanistik. Penting untuk diingat bahwa Freud adalah pencipta pendektan psikodinamika terhadap psikologi, yang memberikan pandangan baru kepada psikologi dan menemukan cakrawala-cakrawala baru. Ia, misalnya, membangkitkan minat terhadap motivasi tingkah laku. Freud juga mengundang banyak kontroversi, eksplorasi, penelitian, dan menyajikan landasan tempat bertumpu system-sistem yang muncul kemudian.
Sumbangan-sumbangan utama yang bersejarah dari teori dan praktek psikoanalitik mencakup :
Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan pemahaman terhadap sifat manusia bisa diterapkan pada peredaan penderitan manusia.
Tingkah laku diketahui sering ditentukan oleh factor-faktor tak sadar.
Perkembangan pada masa dini kanak-kanak memiliki pengaruh yang kuat terhadap kepribadian di masa dewasa.
Teori psikoanalitik penyediaan kerangka kerja yang berharga untuk memahami cara-cara yang digunakan oleh individu dalam mengatasi kecemasan dengan mengandaikan adanya mekanisme-mekanisme yang bekerja untuk menghindari luapan kecemasan.
Pendekatan psikoanalitik telah memberikan cara-cara mencari keterangan dari ketaksadaran melalui analisis atas mimpi-mimpi, resistensi-resistensi, dan transferensi-transferensi.

Konsep-konsep Utama.
Struktur Kepribadian.
Menurut pandangan psikoanalitik, struktur kepribadian terdiri-dari tiga system : Id, Ego, dan Superego. Ketiga adalah nama bagi proses-proses psikologis dan jangan dipikirkan sebgai agen-agen yang secara terpisah mengoperasikan kepribadian; merupakan fungsi-fungsi kepribadian sebagai satu sama lain. Id adalah komponen biologis, Ego adalah komponen psikologis, sedangkan Superego merupakan komponen social.
Id.
Id adalah system kepribadian yang orosinil; kepribadian setiap orang hanya terdiri dari id ketika dilahirkan. Id merupakan tempat bersemayan naluri-naluri. Id kurang terorganisasi, buta, menuntut dan mendesak. Seperti kawah yang harus mendidih dan bergolak, id tidak bisa menoleransi tegangan, dan bekerja untuk melepaskan tegangan itu segera mungkin serta untuk mencapai keadaan homeostatic. Dengan diatur oleh asas kesenangan yang diarahkan pada pengurangan tegangan, penghindaran kesakitan, dan perolehan kesenangan, id bersifat tidak logis, amoral, dan didorong oleh satu kepentingan : memuaskan kebutuhan- kebutuhan naluriah sesuai dengan asas kesenangan. Id tidak pernah matang dan selalu menjadi anak manja dari kepribadian, tidak berpikir, dan hanya menginginkan atau bertindak. Id bersifat tak sadar.
Ego
Ego memiliki kontak dengan dunia eksternal dari kenyataan. Ego adalah eksekutif dari kepribadian yang memerintah, mengendalikan, dan mengatur. Sebagai “Polisi lalu lintas” bagi id, superego, dan dunia eksternal, tugas utama ego adalah mengantarai naluri-naluri dengan lingkungan sekitar. Ego mengendalikan kesadaran dan melaksanakan sensor. Dengan diatur oleh asas kenyataan, ego berlaku realities dan berpikir logis serta merumuskan rencana-rencana tindakan bagi pemuasan kebutuhan-kebutuhan. Apa hubungan antara ego dan id? Ego adalah tempat bersemayam intelegensi dan rasionalitas yng mengawasi dan mengendalikan impuls-impuls buta dari id. Sementara id hanya mengenal kenyataan subyektif, ego memperbedakan bayangan-bayangan mental dengan hal-hal yang terdpat di dunia eksternal.
Superego
Superego adalah cabang moral atau hokum dari kepribadian. Superego adlah kode moral individu yang urusan utamanya adalah apakah suatu tindakan baik atau buruk, benar atau salah. Superego merepresentasikan hal yang ideal alih-alih hal yang riel, dan mendorong bukan kepada kesenangan, melainkan kepada kesempurnaan. Superego merepresentasikan nilai-nilai tradisional dan ideal-ideal masyrakata yang diajarkan oleh orang tua kepada anak. Superego berfungsi menghambat impuls-impuls id. Kemudian, sebgai internalisasi standar-standar orang tua dan masyarakat, superego berkaitan dengan imbalan-imbalan dan hukuman-hukuman. Imbalan-imbalannya adalah perasan-perasaannya adalah perasaan-perasaan berdosa dan rendah diri.
Ego merupakan bagian subsistem kepribadian yang tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari sepanjang berinteraksi dengan lingkungannya. Ego merupakan mediator antara dorongan-dorongan biologis yang datang dari id dan tuntutan superego atau hati nurani yang terbentuk dari orang tua, budaya dan tradisi. Ego merupakan kendali organisme untuk melakukan sesuatu sesuai dengan dunia riil. Prinsip kerja ego adalah “reality principles”. Ego ini mengendalikan tuntutan instinctif dan pertimbangan kode moral.
Atas dasar pemikiran itu maka kepribadian atau tingkah laku menurut pandangan Freud merupakan system energi yang kompleks yang terjadi karena adanya interaksi antara tuntutan id, dunia realitas yang dimiliki ego dan harapan moral superego.

Kecemasan dan Mekanisme Pertahnan.

Setiap saat ketiga subsistem kepribadian itu bekerja dan id menjadi sumber energi psikis. Pada saat id bekerja ego mulai berfungsi. Namun tidak setiap kebutuhan dan keinginan dari id dapat langsung dipenuhi, ada faktor “Kode moral” yang selalu mengendalikan dorongan-dorongan id itu.
Dalam proses interaksi itulah muncul kecemasan pada individu, yaitu perasaan kekhawatiran karena keinginan dan tuntutan internal tidak dapat terpenuhi dengan sebaiknya. Freud mengemukakan ada tiga bentuk kecemasan pada individu, yaitu reality anxity, neorotic anxity, dan moral anxity.
Reality anxity merupakan kecemasan individu akibat dari ketakutan menghadapi realitas sekitarnya. Neoritic anxity merupakan kecemasan karena khawatir tidak mampu mengatasi atau menekan keinginan-keinginan primitifnya. Sedangkan Moral anxity merupakan kecemasan akibat dari rasa bersalah dan ketakutan dihukum oleh nilai-nilai yang ada pada hati nuraninya.
Kecemasan adalah keadaan psikis yang seharusnya dihindari. Setiap individu pada dasarnya memiliki kecenderungan untuk selalu menghindari segala bentuk kecemasannya, terutama jika keinginannya tidak tersalurkan secara wajar dan tidak dapat diterima oleh nilai moral masyarakat. Cara individu menghindari kecemasan itu bisanya dilakukan mekanisme pertahnan diri atau disebut dengan ego defense mechanism.
Freud mengemukakan banyak bentuk ego mechanism defence ini repression, projection, reaction formation, fixation dan regression, denial, rationalization, displancement, dan introjection.
Tingkah laku Maladjustment.

Defense mechanism merupakan jalan pintas individu mengatasi kecemasannya. Defense mechanism ini bukanlh jalan penyelesaian yang tepat terhadap masalah yng dihadapi. Defense mechanism boleh dilakukan oleh iondividu, tetapi jika telah menjadi kecenderungan individu setiap mengalami masalah atau kegagalan memenuhi keinginannya dan selalu puas dengan cara ini maka akan menjadi dan merupakan perilaku yang maladjustment dan dalam jangka panjang dapat membentuk tingkah abnormal.
Dalam teori Psikoanalisis klasik ada dua fajktor yang menyebabkan tingkah laku abnormal dan maladjustment, yaitu
1. Dinamika yang tidak efektif antara id, superego dan ego,
2. Diperoleh melalui proses belajar sejak kecil.
Dinamika yang tidak efektif anatar id, ego dan superego ditandai oleh ketidakmampuan ego mengendalikan keinginan-keinginan id dan tuntutan superego. Ketidakmampuan pengendalian ini dimungkinkan dalam bentuk ego selalu mengikuti keinginan id dan mengakibatkan tuntutan kata hati dan sebaliknya ego selalu mempertahankan kata hatinya tanpa menyalurkan keinginan atau kebutuhan id. Ketidakseimbangan ini menimbulkan tingkah laku yang salah.
Sedangkan yang kedua bahwa sepanjang hidup individu pada dasarnya terjadi proses dinamika id, ego dan superego. Dalam pandangan Freud, pengalaman masa kanak-kanak sangat mempengaruhi pola kehidupan hingga dewasa. Jika sejak masa kanak-kanak selalu merepressi pengalamam-pengalamannya dan dimasukkan ke dalam dunia unconsciuosnya maka pada suatu saat pengalanan itu akan dimunculkan ke bagian conscious. Saat itulah perilaku maladjustmentnya dapat muncul pada individu.
Hakekat Manusia.
Berangkat dari teori yang dikembangkan Freud tentang kepribadian dan tingkah laku, maka cara kerja konseling dan psikoterapi dalam pendekatan psikoanalisis berdasarkan pandanannya tentang hakekat manusia sebagai berikut.
1. Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan yng sudah dibawa sejak lahir, terutama kecenderungan mengembangkan diri melalui dorongan libido dan kecenderungan distruktif melalui dorongan agresifitasnya.
2. Manusia dikendalikan oleh dorongan dan instink biologis, karena itu lebih bersifat biologis dan kurang social serta melakukan sesuatu secara irrasional.
3. Tingkah laku manusia ada hakekatnya adalah gerakan dari ketidak sadarannya.
Pandangan Psikoanalisis ini memberi implikasi yang sangat luas terhadap konseling dan psikoterapi, khususnya dalam aspek tujuan yang hendak dicapai serta prosedur yang dapat dikembangkan.
Tujuan Konseling.
Konseling pada dasarnya harus mengarah pada tujuan tertentu. Secara umum tujuan konseling adalah mengubah tingkah laku dalam pengertian yang sangat, luas. Dalam pandangan Psikoanalisis, tujuan konseling agar individu mengetahui ego dan memiliki ego Strenght (ego yang kuat). Hal ini berarti bahwa konseling akan amenempatkan ego pada tempat yang benar yaitu sebagai pihak yang mampu memilih secara rasional dan menjadi mediator antara id dan superego. (Cottone, 1992:104)
Strong eo atau ego strength adalah ego yang efektif dalam menghubungkan dan menemukan kepuasan dari pengaruh-pengaruh libido dari id dan pada saat yang sama sesuai dengan standar moral yang realities. Strenght ego juga bermakna kemampuan mengintregrasikan yang dicpai ego, id dan superego, tanpa ada konflik dan usaha repressi.
Tujuan ini secara lebih rinci dikemukakan oleh Nelson Jones (1982 : 100) dalam tiga hal, yaitu :
Bebas dari impuls
memperkuat realitas atas dasar fungsi ego
Mengganti superego sebagai realitas kemanusiaan dan bukan sebagai hukuman standar moral.
Berangkat dari tujuan-tujuan yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa konseling dalam pandangan Psikoanalisis lebih sebagai reeducating ego, dari yang sebelumnya terus tunduk pada impuls-impuls dan atau dorongan terhadap hukuman kode moralnya, menjadi lebih memiliki kemampuan ego strength.



Tahapan Konseling.
Menurut Arlow (1979), salah seorang penganut paham Psikoanalisis, konseling melalui empat tahap, yaitu tahap pembukaan, tahap perkembangan transference, tahap kelanjutan kerja transfrence dan pemecahan tranference.
1. Tahap Pembukaan.
Tahap pembukaan ini meliputi dua bagian
1. penetapan awal kesiapan interview hingga masalah klien ditetapkan,
2. dimulai dengan klien menyimpulkan posisinya. Terapis terus mempelajari dan memahami klien dan “mencatat” dinamika konflik ketidaksadarannya.
2. Perkembangan Transfrence.
Perkembangan dan analisis tranference merupakan inti dalam teori Psikoanalisis. Pada fase ini perasaan klien ditujukan kepada terapis, yang dianggap sebagai significant figure person di masa lalunya. Pada tahap ini konselor harus menjaga jangan sampai terjadi contratransference terhadap perasaan-perasaannya (konselor) yang tidak terpecahkan di masa lalunya. Apalagi bercampur dengan analisis transference klien.
3. Kelanjtan kerja Transference
Tahap ini mencakup mendalami pemecahan dan pengertian klien sebagai orang yang terus melakukan transference.
4. Resolusi Transference.
Jika klien dan konselor berkeyakinan bahwa tranference bekerja terus, terapi atau konseling dapat diakhiri untuk menghindari klien melawan konselor. Jika hubungan konseling tidak diakhiri maka konselor dapat mengikuti transfernce itu untuk mengembangkan secara obyektif sehingga tercapai otonomi klien.
Teknik Spesifik.
Teknik spesifik yang digunakan Freud dalam psikoterapi adalah assosiasi bebeas, interpretasi mimpi, analisis transference, dan catharic menthod.
Teknik-teknik spesifik ini tidak biasa dilakukan dalam hubungan konseling, tetapi lebih banyak digunakan dalam psikoterapi dalam membantu pasien yang mengalami psikopatologis.